Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN bab 8

  • Rabu, 24 November 2010
  • fajar adhi
  • Label:
  • ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN
    Judul "Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan" memberi petunjuk
    adanya sesuatu yang inheren, mungkin permasalahannya ialah adanya
    kontinuitas dan perubahan, harmoni atau disharmoni. Tidak mustahil ketiga
    masalah ini akan melihat masa lampau atau masa depan yang penuh dengan
    ketidakpastian, dan dapat melibatkan perdebatan semantika.
    "Ilmu Pengetahuan" lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiri
    dari dua kata, "ilmu" dan "pengetahuan", yang masing-masing mempunyai
    identitas sendiri-sendiri. Dalam membicarakan "pengetahuan" saja akan
    menghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan indera dalammemahami
    fakta pengalaman dan dunia realitas, hakikat pengetahuan, kebenaran,
    kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan, dsb. Kesemuanya
    telah lama dipersoalkan oleh para ahli filsafat seperti Socrates, Plato, dan
    Aristoteles, di mana teori pengetahuan merupakan cabang atau sistem filsafat.
    Oleh J.P. Farrier, dalam Institutes of metaphisics (1854), pemikiran tentang
    teori pengetahuan itu disebut "epistemologi" (epistem = pengetahuan, logos=
    pembicaraan/ilmu).
    Keperluan sekarang adalah pengetahuan ilmiah yang harus ditingkatkan
    karena pengetahuan, perbuatan, ilmu. dan etika makin saling bertautan.
    Berulang kali harus diambil keputusan dalam menerapkan secara praktis
    pengetahuan ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan dari
    pertimbangan moral ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan
    dari pertimbangan moral ilmiah. Dalam hal ini dipertanyakan bagaimana
    mengkaji kemampuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan guna
    memanfaatkan sumber daya alam, dan bagaimana memanfaatkan sumber daya
    untuk membasmi kemiskinan.
    Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat
    menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikap
    demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
    Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyai
    dampak sosial yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi
    itu sendiri.
    Schumacher, dalam Kecil itu Indah, dunia modern yang dibentuk oleh
    teknologi menghadapi tiga krisis sekaligus. Pertama, sifat kemanusiaan
    berontak terhadap pola-pola politik, organisasi, dan teknologi yang tidak
    berperikemanusiaan, yang terasa menyesakan napas dan melemahkan badan.

    1. ILMU PENGETAHUAN
    Pembentukan ilmu akan berhadagan dengan objek yang merupakaan bahan
    dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menjadi tujuan
    penelitian bulat dan utuh. serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang
    mengarah kepada persoalan yang rnenjadi pusat perhatian. Langkah-langkah
    dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan
    tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan
    kepadafakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
    menggolong-golongkan dan mernbuktikan dengan cara berpikir analitis,
    sintesis, induktif, dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan
    dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang
    merupakan pengingkaran.
    Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilrniah dan objektif diperlukan
    sikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkan
    rnendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benar
    objektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yang
    bersifat ilmiah itu meliputi ernpat hal:
    a. tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan
    ilrniah yang objektif.
    b. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi
    supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan
    terhadap hipotesis yang ada.
    c. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah
    maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai
    ilmu.
    d. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu
    telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
    Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber, kebenaran
    pengetahuan
    Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut,
    perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana konteksnya dengan
    teknologi, dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan dan
    pertimbangan moral dan ilmiah. Sebab manusia tidak selalu sadar akan hal
    ini, dan manusia yang paling sederhana pun hanya menerima informasi
    mengenai kemungkinan yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.

    2. TEKNOLOGI
    teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal
    impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang kehidupan manusia
    menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul dalam tulisannya berjudul "The Technological
    Society" (1964) tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meskipun
    arti atau maksudnya sarna. Menurut Ellul istilah teknik digunakan tidak hanya
    untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan
    totalitas motode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk
    memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia.
    Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980)
    memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
    a. Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan
    yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
    b. Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak
    alamiah.
    c. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan
    dilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu
    mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
    d. Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
    e. Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling
    bergantung.
    f. Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan
    ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
    g. Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
    Teknologi yang berkembang dengan pesat, meliputi berbagai bidng
    kehidupan manusia.

    Luasnya bidang teknik, digambarkan oleh Ellul
    sebagai berikut :
    1. Teknik meliputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan
    barang-barang industri.
    Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan kapital sehingga terjadi
    sentralisasi ekonmi. Bahkan ilmu ekonomi sendiri terserap oleh teknik.
    2. Teknik meliputi bidang organisasi seperti administrasi, pemerintahan,
    manajemen, hukum dan militer. Contohnya dalam organisasi negara, bagi
    seorang teknik negara hanyalah merupakan ruang lingkup untuk aplikasi
    alat-alat yang dihasilkan teknik. Negara tidak sepenuhnya bermakna
    sebagai ekspresi kehendak rakyat, tetapi dianggap perusahaan yang harus
    memberikan jasa dan dibuat berfungsi secara efisien. Negara tidak lagi
    berurusan dengan keadilan sosial sebagai tumpuannya, melainkan menurut
    ahli teknik negara harus menggunakan teknik secara efisien.
    3. Teknik meliputi bidang manusiawi, seperti pendidikan, kerja, olahraga,
    hiburan dan obat-obatan. Teknik telah menguasai seluruh sektor kehidupan
    manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan
    tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
    Pada masyarakat teknologi, ada tendensi bahwa kemajuan adalah suatu
    proses dehumanisasi secara perlahan-Iahan sampai akhirnya manusia
    takluk pada teknik.

    0 komentar:

    Posting Komentar