Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT bab 6

  • Jumat, 19 November 2010
  • fajar adhi
  • Label:

  •  1. PELAPISAN SOSIAL
    A. PENGERTIAN
    Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri
    dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen
    yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya
    kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau
    terbentuklah masyarakat yang berstrata.
    Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang
    sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, maka dengan
    sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya
    mempunyai gejala yang sarna.
    Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu, seperti juga individu
    tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat.
    Betapa individu dan masyarakat adalah komplementer dapat kita lihat
    dari kenyataan, bahwa :
    a. manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya;
    b. individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan
    (berdasarkan pengaruhnya) perubahan besar masyarakatnya.
    Setelah itu kita mengerti bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang
    selalu mengalami perubahan sosial, marilah kita pelajari apa yang dimaksud
    dengan Stratifikasi Sosial atau Pelapisan Masyarakat.
    Istilah Stratifikasi atau Stratification berasal dari kata STRATA atau
    STRATUM yang berarti LAPISAN. Karena itu Social Stratification sering
    diterjemahkan dengan Pelapisan Masyarakat. Sejumlah individu yang
    mempunyai kedudukan (status) yang sarna menurut ukuran masyarakatnya,
    dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.
    B. PELAPISAN SOSIAL CIRI TETAP KELOMPOK SOSIAL
    Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis
    kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno.
    Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada
    kaum laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuanketentuan
    tentang pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang
    kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata-mata adalah
    ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri.
    Kita lihat saja misalnya kedudukan laki-laki di Jawa berbeda dengan
    kedudukan laki-laki di Minangkabau. Di Jawa kekuasaan keluarga di tangan
    ayah sedang di Minangkabau tidak demikian. Dalam hubungannya dengan
    pembagian pekerjaan pun setiap suku bangsa memiliki cara sendiri-sendiri.
    Di Irian misalnya atau di Bali, wanita harus lebih bekerja keras daripada
    laki-laki.
    Di dalam organisasi masyarakat primitif pun di mana belum mengenai
    tulisan. pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini terwujud berbagai bentuk
    sebagai berikut :
    I) adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaanpembedaan
    hak dan kewajiban:
    2) adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan
    memiliki hak-hak Istimewa;
    3) adanya pemimpin yang saling berpengaruh;
    4) adanya orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang di luar
    perlindungan hukum (cutlaw men);
    5) adanya pembagian kerja di dalam suku itu ~endiri;
    6) adanya pemhedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi
    itu secara umum.
    Bilamana di dalam beberapa suku perbedaan ekonomi begitu kecil dan
    kebiasaan tolong-menolong secara timbal balik mendekati sistem komunisme,
    hal ini disebabkan hanya terhadap milik umum dari kelompok.
    Jika kita tidak dapat menemukan masyarakat yang tidak berlapis-lapis di
    antara masyarakat yang primitif, maka lebih tidak mungkin lagi untuk
    menemukannya di dalam masyarakat yang telah lebih maju/berkembang.
    Bentuk dan proporsi pelapisan di masyarakat yang telah maju bervariasi,
    tetapi pada dasarnya pelapisan masyarakat itu ada di mana-mana dan di
    sepanjang waktu. Di dalam masyarakat pertanian dan khususnya di dalam
    masyarakat industri pelapisan itu tampak menyolok mata dan jelas.
    Didemokrasi-demokrasi yang modern pun juga tidak dapat mengecualikan
    adanya hukum-hukum pelapisan masyarakat, walaupun di dalam
    kontinuitasnya


    C. TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
    Terjadi dengan sendirinya
               
    Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhanmasyarakat itu sendiri.
    Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
    berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh niasyarakat itu,
    tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. pengakuan-pengakuan
    terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
    Oleh karena sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk lapisan
    dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan
    kebudayaan masyarakat di mana sistem itu berlaku.
    Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang
    pada sesuatu strata atau pelapisan adalah secara otomatis, misalnya karena
    usia tua, karena pemilikan kepan-daian yang lebih, atau kerabat pembuka,
    tanah, seseorang yang memiliki bakat seni atau sakti.
    Terjadi dengan disengaja

    Pendek
    kata di dalam organisasi formal. Di dalam sistem organisasi yang disusun
    dengan cara ini mengandung dua sistem, ialah :
    1) Sistem fungsional; merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang
    tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sarna dalam kedudukan yang
    sederajat, misalnya saja di dalam orgaanisasi perkantoran ada kerja sama
    antara kepala-kepala seksi dan lain-lain.
    2) Sistem skalar: merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau
    jenjang dari bawah ke atas (vertikal).
    Pembagian kedudukan ini di dalam organisasi formal pada pokoknya
    diperlukan agar organisasi itu dapat bergerak secara teratur untuk mencapai
    tujuan yang diinginkan. Tetapi sebenarnya terdapat pula kelemahan yang
    disebabkan sistem yang demikian itu.
    è Pertama : karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sehingga
    sering terjadi kelemahan di dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
    yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya saja perubahan-perubahan pula dalam
    cara-cara perjuangan partai politik, tetapi karena organisasi itu mempunyai
    tata cara tersendiri di dalam menentukan kebijaksanaan politik sosial, maka
    sering terjadi kelambatan di dalam penyesuaian.
    è Kedua: karena organisasi itu telah diatur sedemikian rupa sehingga
    membatasi kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tetapi
    karena kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk
    mengambil inisiatif. Misalnya dapat kita lihat di dalam kehidupan perguruan
    tinggi, seorang dosen yang baru golongan III a tetapi cakap, tidak
    diperkenankan menduduki jabatan-jabatan tertentu yang hanya boleh diduduki
    atau dijabat oleh golongan IV a ke atas, maka merupakan hambatan yang
    merugikan dosen yang bersangkutan dan universitas

    D. PEMBEDAAN SISTEM PELAPISAN MENURUT SIFATNYA.
    Menurut sifatnya, maka sistem pelapisan dalam masyarakat dapat
    dibedakan menjadi :
    1) Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup.
    Di dalam sistem ini permindahan anggota masyarakat ke lapisan yang
    lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada halhal
    yang istimewa. Di dalam sistem yang demikian itu satu-satUIlya jalan
    untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat
    adalah karena kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di
    India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta. Sebagaimana kita ketahui
    masyarakat terbagi ke dalam :
    Kasta Brahmana : yang merupakan kastanya golongan-golongan pendeta
    dan merupakaan kasta tertinggi.
    Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara
    yang dipandang sebagai lapisan kedua.
    Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang
    sebagai lapisan menengah ketiga.
    Kasta Sudra : merupakan kasta dari golongan rakyat jelata.
    Paria : adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta. Yang
    termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, peminta dan
    sebagainya.

    E. BEBERAPA TEORI  TENTANG PELAPISAN SOSIAL.
    Bentuk konkrit daripada Pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada
    sementara sarjana yang meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasar
    salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi, atau aspek politik saja, tetapi
    sementara itu ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran secara
    komprehensif.
    Selanjutnya itu ada yang membagi pelapisan masyarakat ke dalam jumlah
    yang lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua bagian).
    Sementara itu ada pula yang membagi tiga lapisan atau lebih).
    Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti berikut ini :
    I) Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower
    class).
    2) Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas
    menengah (middle class), dan kelas ke bawah (lower class).
    3) Sementara itu ada pula sering kita dengar : kelas atas (upper class), kelas
    menengah (middle class), kelas menengahke bawah (lower middle class)
    dan kelas bawah (lower class).
    Pada umumnya golongan yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya
    daripada kelas menengah, demiian seterusnya semakin tinggi golongannya
    semakin sedikit jumlah orangnya. Dengan demikian sistem pelapisan
    masyarakat itu mengikuti bentuk piramid.

    Orang dapat menduduki lapisan (atau istilah lain ada yang menggunakan
    dengan kelas) tertentu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti misalnya:
    keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan dan lain sebagainya.
    Oleh karena itu beberapa sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di
    dalam menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat.
    Beberapa dicantumkan di sini :
    1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga
    unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan
    mereka yang berada di tengah-tengahnya. Oi sini Aristoteles membagi
    masyarakat berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya,
    menengah dan melarat.
    2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan
    sebagai berikut : selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai
    olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya
    maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya
    sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
    3) Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan bahwa ada dua kelas yang
    senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non
    Elite. menurut dia pangkal daripada perbedaan itu karena ada orangorang
    yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang
    berbeda-beda.
    4) Gaotano Mosoa, sarjana Italia, di dalam "The Ruling Class" menyatakan
    sebagai berikut :
    Di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang
    berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh
    kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas
    yang diperintah. Kelas yang pertama, jumlahnya selalu sedikit,
    menjalankan peranan-peranan politik, monopoli kekuasaan dan menikmati
    keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu.
    Sebaliknya yang kedua, ialah kelas yang diperintah, jumlahnya lebih
    banyak diarahkan dan diatur/diawasi oleh kelas yang pertama.
    5) Karl Marx di dalam menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan
    masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada
    dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah
    dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan
    hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
    Oari apa yang diuraikan di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ukuran
    atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggotaanggota
    masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial adalah sebagai berikut :
    1) Ukuran kekayaan : Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu
    ukuran; barangsiapa yang mempunyai kekayaan paling banyak, termasuk
    ke dalam lapisan sosial teratas. Kenyataan tersebut, misalnya dapat dilihat
    pada bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadinya, caracara
    mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya,
    kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal, dan sebagainya.
    2) Ukuran kekuasaan : Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang
    mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan sosial teratas.
    3) Ukuran kehormatan : Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuranukuran
    kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan
    dihormati, mendapatkan atau menduduki lapisan sosial teratas. Ukuran
    semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional.
    Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa
    besar kepada masyarakat.
    4) Ukuran ilmu pengetahuan : Ilmu pengetahuan dipakai ukuran oleh
    masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran ini kadangkadang
    menyebabkan menjadi negatif,karena ternyata bahwa bukan ilmu
    pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
    Sudah tentu hal itu mengakibatkan segal a macam usaha untuk
    mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.
    Ukuran-ukuran tersebut di atas, tidaklah bersifat limitatif (terbatas), tetapi
    masih ada ukuran-ukuran lainnya yang dapat dipergunakan.


    0 komentar:

    Posting Komentar